PMS Pre Menstrual Syndrome Gejala Sebelum

Sindrom menjelang menstruasi atau PMS ( Pre Menstrual Syndrome ) dikenali sebagai sekumpulan gejala yang muncul beberapa hari menjelang periode menstruasi.
Yakni dua hingga tujuh hari sebelum haid datang.
Gejala yang dialami berbeda-beda antara satu perempuan dengan perempuan lain.
Kadar keluhannya pun bisa berubah-ubah, menjadi lebih ringan atau berat di bulan berikutnya.
Umumnya, gejalanya mereda ketika periode haid mulai.
Apa penyebab PMS? 
 Penyebabnya belum bisa diidentifikasi secara pasti.

Dokter Yasmina Ismail SpOG menjelaskan ketika menjelang masa haid, terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh perempuan.

"Hormon estrogen meningkat, progesteron menurun secara drastis. Hal itu mempengaruhi kondisi fisik dan psikis.

Jadi, perempuan merasa tidak nyaman, sakit, nyeri, pusing, lemas dan lain sebagainya," ujarnya saat
ditemui di Rumah sakit Medika Permata Hijau, Jakarta.

Peneliti berspekulasi bahwa estrogen berlebihan, progesteron turun drastis, peningkatan prolaktin, serta peningkatan aldosterone bisa berhubungan dengan PMS.

Kondisi tersebut menurut Yasmina wajar dialami.

Hanya saja, ketahanan terhadap rasa sakit pada setiap orang berbeda.

Ada perempuan yang merasa biasa saja menjelang haid, tetapi ada yang kesakitan hingga mengganggu aktivitas.

"Perubahan hormonal itu bersifat sistemik.
Efeknya bisa bermacam-macam, bagian tubuh yang sakit bisa di punggung, perut, kepala, bisa kram, mual, atau migrain," ungkapnya.

Selain perubahan hormon, menjelang masa Haid, kadar serotonin dalam otak menurun. 
Serotonin rendah berakibat pada kelelahan,  sulit tidur, dan meningkatkan depresi.

Sindrom pramenstruasi itu cenderung dialami perempuan berusia 14 - 40 tahun.

"Gejala paling hebat dirasakan pada usia produktif, 20 - 35 tahun," sebut spesialis kebidanan dan kandungan itu.

Diperkirakan, 85% perempuan pada usia produktif, antara usia 20 - 35 tahun tersebut, mengalami satu atau lebih gejala PMS.

Gangguan biasanya memburuk pada masa pubertas,  ketika mulai mendapat haid atau setelah kelahiran anak pertama.

Selain itu, obesitas pola makan yang tinggi garam, lemak, kafein, alkohol, kekurangan vitamin A, B, B6, dan mineral memperburuk PMS.

Pada sebagian perempuan, PMS yang dialami terasa cukup parah sehingga mengganggu aktivitas. Itulah yang disebut gangguan premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

Sekitar 2 - 10 persen menunjukkan gejala PMS berat atau PMDD tersebut.

Dia menegaskan, jika PMS dirasa sudah sangat mengganggu, segera memeriksakan diri ke dokter. Sebab bisa jadi rasa sakit yang dirasakan bukan PMS natural atau biasa, melainkan karena endometriosis ( lapisan rahim tumbuh di lokasi yang tidak semestinya ) ataupun keberadaan kista.

"Bila ternyata ada kista ataupun endometriosis, kelainan tersebut bisa dihilangkan dulu," ucap Yasmina.

Penyebab lain sakit PMS berlebihan adalah variasi anatomi rahim yang melekuk berlebihan.

No comments:

Post a Comment